Jumat, 11 November 2011

unsur intrinsik dan ekstrinsik

                 UNSUR-UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK KARYA SASTRA
                                                                TEMA

• Tema: titik tolak pengarang dalam menyusun sebuah cerita
Pengarang menentukan tema sebelum mengarang
Pembaca menemukan tema setelah membaca seluruh cerit
ALUR/PLOT
Adalah rangkaian kejadian atau peristiwa yang disusun berdasarkan hukum sebab akibat.
Jenis alur: alur maju, alus mundur, dan alur campuran
Tahap alur:
1. Pengenalan situasi cerita/permulaan/exposition.
2. Pengungkapa peristiwa (complication)
3. Menuju pada adanya konflik (rising action)
4. Tahap perumitan
5. Tahap pncak konflik (klimaks)
6. Tahap peleraian
7. Tahap penyelesaian
TEMA
• Tema: titik tolak pengarang dalam menyusun sebuah cerita
Pengarang menentukan tema sebelum mengarang
Pembaca menemukan tema setelah membaca seluruh cerita
TOKOH
JENIS-JENIS TOKOH:
1. Tokoh protagonis : mendukung cerita
2. Tokoh antagonis : penentang cerita
3. Tokoh tritagonis : tokoh pembantu, baik protagonis/antagonis
PENOKOHAN
Adalah: proses pengarang dalam menampilkan tokoh
Cara pengarang menampilkan perwatakan tokoh:
1. ciri-ciri fisik tokoh
2. Percakapan antarpelaku
3. Lingkungan sosial
4. Gambar tempat tinggal tokoh
5. Pemaparan sifat tokoh
LATAR
ADA 3 LATAR:
1. Latar tempat
2. Latar waktu
3. Latar suasana
GAYA BAHASA
Gaya bahasa menciptakan suatu nada atau suasana persuasif serta merumuskan dialog yang mampu memperlihatkan hubungan dan interaksi antara sesama tokoh.
Gaya bahasa yang cermat dapat menciptakan suasana yang berterus terang atau satiris, simpatik, menjengkelkan atau emosional. Bahasa dapat menciptakan suasana yang tepat bagi adegan seram, adegan cinta, adegan peperangan dan lain-lain
Bahasanya segar, komunikatif, mudah dipahami atau tidak berbelit-belit
SUDUT PANDANG(POINT OF VIEW)
Adalah: cara pengarang menceritakan tokoh.
Ada 2 sudut pandang:
Sudut pandang orang pertama tunggal:aku, saya,jamak:kami,kita
Sudut pandang orang ketiga tunggal: dia, nama orang, jamak:mereka
dia, nama mereka

Kedudukan Tokoh
• Orang pertama: pelaku utama, pengarang sebagai pengamat tisak langsung, pengarang sebagai pengamat langsung
• Orng ketiga: sudut pandang serba tahu, sudut pandang terarah
AMANAT
Adalah: pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca, baik tersurat maupun tersirat amanat disembunyikan pengarangnya dalam keseluruhan isi cerita.
UNSUR EKSTRINSIK
Adalah unsur yang tidak secara langsung melekat dan membangun karya sastra.
Unsur ekstrinsik antara lain:
1. Latar belakang kehidupan pengarang
2. Kondisi zaman saat karya sastra itu diciptakan
Latar Belakang Kehidupan Pengarang
Meliputi:
1. Tingkat pendidikan
2. profesi/pekerjaan
3. Status sosial ekonomi
4. Pandangan politik
5. Kepercayaan/agama/faham yang dianut pengarang dan lain-lain
6. Keadaan Zaman pada Saat Karya Sastra Diciptakan
Merujuk pada situasi politik dan tingkat peradaban masyarakat saat karya sastra itu diciptakan
ANALISIS STRUKTURAL
Untuk menganalisis drama ini secara struktural sangat sulit, terutama dalam hal penokohan atau penentuan watak tokoh. Hal itu disebabkan oleh penamaan tokoh dalam drama tersebut hanya menggunakan kata ganti yaitu “yang seorang”. Namun secara sekilas drama ini mengisahkan sekelompok orang yang sedang melakukan kegiatan. Drama ini berisi kepedulian dan rasa simpati yang digambarkan oleh sekelompok orang di suatu tempat walaupun disisi lain ada pula pihak yang masih berpikir dulu sebelum menolong karena “trauma” terhadap hal yang sudah-sudah.
Struktur Drama Aduh
  1. Alur
Alur yang terdapat dalam drama ini adalah alur lurus. Selain itu drama Aduh memperlihatkan unsur penguluran. Hal tersebut ditampilkan pada babak pertama di mana ada penonjolan rasa curiga yang berhasil menguasai kelompok itu sehingga saran agar si sakit cepat ditolong tak dihiraukan sampai akhirnya si sakit meninggal.
2. Penokohan dan Dialog
Jumlah pemain dalam drama ini tidak jelas, misalnya dalam hal penamaan tokoh, umur, dan lingkungan sosial. Semua pemain disebut dengan salah seorang, si sakit, dan yang simpati. Di sini tidak memperlihatkan watak, meskipun dialog dalam aduh secara keseluruhan merefleksikan watak orang-orang yang ada dalam kelompok. Dialog yang diucapkan tokoh-tokoh di sini bukanlah ekspresi dari watak-watak tokoh, sebab dialog dapat diucapkan siapa saja dalam kelompok itu. Tokoh protagonis dan antagonis tidak dikenal, pro dan kontra muncul secara spontan dalam kelompok, dan terhapus secara mendadak karena mencuatnya masalah yang lain. Dialog-dialog ketika si sakit bertambah parah dan seterusnya, memperlihatkan bagaimana sikap sekelompok orang itu terbentuk. Yang Simpati pada Si sakit tak dapat mempengaruhi kelompoknya untuk secepatnya menolong si sakit.
Penampilan tokoh si sakit sebagai fokus cerita. Si sakit, mayat, bau, merupakan kerangka situasi yang dikembangkan oleh pengarang yang melibatkan kelompok. Karena itu perkembangan cerita tidak berasal dari perkembangan watak tokoh-tokohnya. Cerita dikembangkan lewat kerangka situasi.
3. Setting/ latar
ü Tempat
Tempat terjadinya adegan dalam babak pertama juga tidak jelas, adegan bisa terjadi dimana saja, misalnya terjadi di tempat terbuka, di pinggir jalan, di luar gedung/rumah. Tempat terjadinya mungkin di Jawa karena ada orang bertanya dalam bahasa Jawa. Namun bisa juga terjadi di tempat lain yang penduduknya ada orang Jawa. Tetapi ada orang yang mengatakan kalau ada orang ngaben; yang merupakan adat Hindu-Bali, jadi mungkin juga setting tempat di Bali.
ü Waktu
Penunjukan waktu dipergunakan untuk pergantian adegan dan pergantian babak. Dalam adegan babak pertama drama ini, waktunya dari siang hingga menjelang senja sampai gelap, malam.
4. Tema
Ketidakpedulian terhadap orang lain.
5. Amanat
Tolonglah orang lain yang menderita meskipun tidak kamu kenal.
6. Kesimpulan
· Drama ini termasuk drama komedi
· Naskah drama menggunakan bahasa yang komunikatif
· Drama ini mengandung unsur kritik sosial
· Drama ini susah untuk dianalisis watak tokohnya
ASPEK PEMENTASAN
Untuk mementaskan drama ini kita harus melihat aspek-aspek penting dalam pementasan, adapun aspek-aspek itu dapat dipaparkan sebagai berikut:
· PANGGUNG/PENTAS
Panggung yang cocok untuk drama ini menurut kami adalah menggunakan pentas konvensional, yaitu berbentuk panggung yang masih berbatas depan.
· DEKORASI
Sulit untuk menentukan dekorasi yang cocok dalam drama ini. Hal ini disebabkan oleh latar tempat yang tidak jelas dari drama ini.
· SINAR/LAMPU/PENCAHAYAAN
Lampu atau pencahayaan dapat disesuaikan dengan latar waktu yang ada dalam drama ini, misalnya pada siang hari lampu dibuat lebih terang, kemudian saat senja lampu dibuat agak meredup, dan pada malam hari lampu di buat lebih redup lagi atau mungkin juga dipadamkan (saat pergantian babak).
· SUARA
Tidak begitu banyak suara yang dimunculkan dalam drama ini. Tetapi untuk menggambarkan atau menambah efek dan menarik perhatian penonton tidak ada salahnya diselingi dengan musik-musik tertentu sesuai situasi, misalnya bunyi sirene dan bunyi kendaraan.
· KOSTUM
Kostum yang digunakan termasuk sulit ditentukan tetapi bisa saja menggunakan pakaian sehari-hari masyarakat pedesaan, seperti menggunakan sarung di leher atau di pinggang dan lain sebagainya.
· MAKE UP
Make up dapat disesuaikan dengan melihat gambaran tokoh-tokoh, atau bisa dilihat dari dialog, misalnya si sakit di buat lebih pucat.


Sabtu, 05 November 2011

pengertian paragraf


                                                        Pengertian paragraf 
Sebuah paragraf (dari bahasa Yunani paragraphos, "menulis di samping" atau "tertulis di samping") adalah suatu jenis tulisan yang memiliki tujuan atau ide. Awal paragraf ditandai dengan masuknya ke baris baru. Terkadang baris pertama dimasukkan; kadang-kadang dimasukkan tanpa memulai baris baru. Dalam beberapa hal awal paragraf telah ditandai oleh pilcrow (¶).
Sebuah paragraf biasanya terdiri dari pikiran, gagasan, atau ide pokok yang dibantu dengan kalimat pendukung. Paragraf non-fiksi biasanya dimulai dengan umum dan bergerak lebih spesifik sehingga dapat memunculkan argumen atau sudut pandang. Setiap paragraf berawal dari apa yang datang sebelumnya dan berhenti untuk dilanjutkan. Paragraf umumnya terdiri dari tiga hingga tujuh kalimat semuanya tergabung dalam pernyataan berparagraf tunggal. Dalam fiksi prosa, contohnya; tapi hal ini umum bila paragraf prosa terjadi di tengah atau di akhir. Sebuah paragraf dapat sependek satu kata atau berhalaman-halaman, dan dapat terdiri dari satu atau banyak kalimat. Ketika dialog dikutip dalam fiksi, paragraf baru digunakan setiap kali orang yang dikutip berganti.
Pengertian Paragraf
Paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan. Dalam sebuah paragraf terkandung satu unit buah pikiran yang didukung oleh semua kalimat dalam paragraf tersebut, mulai dari kalimat pengenal, kalimat topik, kalimat-kalimat penjelas, sampai pada kalimat penutup. Himpunan kalimat ini saling bertalian dalam satu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan. Paragraf dapat juga dikatakan sebagai sebuah karangan yang paling pendek (singkat). Dengan adanya paragraf, kita dapat membedakan di mana suatu gagasan mulai dan berakhir. Kita akan kepayahan membaca tulisan atau buku, kalau tidak ada paragraf, karena kita seolah-olah dicambuk untuk membaca terus menerus sampai selesai. Kitapun susah memusatkan pikiran pada satu gagasan ke gagasan lain. Dengan adanya paragraf kita dapat berhenti sebentar sehingga kita dapat memusatkan pikiran tentang gagasan yang terkandung dalam paragraf itu.
Jenis Paragraf
Beberapa penulis seperti Sabarti Akhadiah, Gorys Keraf, Soedjito, dan lain-lain membagi paragraf menjadi tiga jenis. Kriteria yang mereka gunakan adalah sifat dan tujuan paragraf tersebut. Berdasarkan hal tersebut, jenis paragraf dibedakan sebagai berikut.
1.Jenis Paragraf Berdasarkan Sifat dan Tujuannya
Keraf (1980:63-66) memberikan penjelasan tentang jenis paragraf berdasarkan sifat dan tujuannya sebagai berikut.
(a) Paragraf Pembuka
Tiap jenis karangan akan mempunyai paragraf yang membuka atau menghantar karangan itu, atau menghantar pokok pikiran dalam bagian karangan itu. Oleh Sebab itu sifat dari paragraf semacam itu harus menarik minat dan perhatian pembaca, serta sanggup menyiapkan pikiran pembaca kepada apa yag sedang diuraikan. Paragraf yang pendek jauh lebih baik, karena paragraf-paragraf yang panjang hanya akan meimbulkan kebosanan pembaca.
(b) Paragraf Penghubung
Paragraf penghubung adalah semua paragraf yang terdapat di antara paragraf pembuka dan paragraf penutup.
Inti persoalan yang akan dikemukakan penulisan terdapat dalam paragraf-paragraf ini. Oleh Sebab itu dalam membentuk paragraf-paragraf penghubung harus diperhatikan agar hubungan antara satu paragraf dengan paragraf yang lainnya itu teratur dan disusun secara logis.
Sifat paragraf-paragraf penghubung bergantung pola dari jenis karangannya. Dalam karangan-karangan yang bersifat deskriptif, naratif, eksposisis, paragraf-paragraf itu harus disusun berdasarkan suatu perkembangan yang logis. Bila uraian itu mengandung pertentangan pendapat, maka beberapa paragraf disiapkan sebagai dasar atau landasan untuk kemudian melangkah kepada paragraf-paragraf yang menekankan pendapat pengarang.
(c) Paragraf Penutup
Paragraf penutup adalah paragraf yang dimaksudkan untuk mengakhiri karangan atau bagian karangan. Dengan kata lain, paragraf ini mengandung kesimpulan pendapat dari apa yang telah diuraikan dalam paragraf-paragraf penghubung.
Apapun yang menjadi topik atau tema dari sebuah karangan haruslah tetap diperhatikan agar paragraf penutup tidak terlalu panjang, tetapi juga tidak berarti terlalu pendek. Hal yang paling esensial adalah bahwa paragraf itu harus merupakan suatu kesimpulan yang bulat atau betul-betul mengakhiri uraian itu serta dapat menimbulkan banyak kesan kepada pembacanya.
2.Jenis Paragraf Berdasarkan Letak Kalimat Utama
Letak kalimat utama juga turut menentukan jenis paragraf. Penjenisan paragraf berdasarkan letak kalimat utama ini berpijak pada pendapat Sirai, dan kawan-kawan(1985:70-71) yang mengemukakan empat cara meletakkan kalimat utama dalam paragraf.
(a) Paragraf Deduktif
Paragraf dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok atau kalimat utama. Kemudian diikuti dengan kalimat-kalimat penjelas yang berfungsi menjelaskan kalimat utama. Paragraf ini biasanya dikembangkan dengan metode berpikir deduktif, dari yang umum ke yang khusus.
Dengan cara menempatkan gagasan pokok pada awal paragraf, ini akan memungkinkan gagasan pokok tersebut mendapatkan penekanan yang wajar. Paragraf semacam ini biasa disebut dengan paragraf deduktif, yaitu kalimat utama terletak di awal paragraf.
(b) Paragraf Induktif
Paragraf ini dimulai dengan mengemukakan penjelasan-enjelasan atau perincian-perincian, kemudian ditutup dengan kalimat utama. Paragraf ini dikembangkan dengan metode berpikir induktif, dari hal-hal yang khusus ke hal yang umum.
(c) Paragraf Gabungan atau Campuran
Pada paragraf ini kalimat topik ditempatkan pada bagian awal dan akhir paragraf. Dalam hal ini kalimat terakhir berisi pengulangan dan penegasan kalimat pertama. Pengulangan ini dimaksudkan untuk lebih mempertegas ide pokok. Jadi pada dasarnya paragraf campuran ini tetap memiliki satu pikiran utama, bukan dua. Contoh paragraf campuran seperti dikemukakan oleh Keraf (1989:73):
Sifat kodrati bahasa yang lain yang perlu dicatat di sini ialah bahwasanya tiap bahasa mempunyai sistem. Ungkapan yang khusus pula, masing-masing lepas terpisah dan tidak bergantung dari yang lain. Sistem ungkapan tiap bahasa dan sistem makna tiap bahasa dibatasi oleh kerangka alam pikiran bangsa yang memiliki bahasa itu kerangka pikiran yang saya sebut di atas. Oleh karena itu janganlah kecewa apabila bahasa Indonesia tidak membedakan jamak dan tunggal, tidak mengenal kata dalam sistem kata kerjanya, gugus fonem juga tertentu polanya, dan sebagainya. Bahasa Inggris tidak mengenal “unggah-ungguh”. Bahasa Zulu tidak mempunyai kata yang berarti “lembu”, tetapi ada kata yang berarti “lembu putih”, “lembu merah”, dan sebagainya. Secara teknis para linguis mengatakan bahwa tiap bahasa mempunyai sistem fonologi, sistem gramatikal, serta pola semantik yang khusus.
(d) Paragraf Tanpa Kalimat Utama
Paragraf ini tidak mempunyai kalimat utama, berarti pikiran utama tersebar di seluruh kalimat yang membangun paragraf tersebut. Bentuk ini biasa digunakan dalam karangan berbentuk narasi atau deskripsi. Contoh paragraf tanpa kalimat utama:

BAHASA INDONESIA
PARAGRAF
Paragraf
adalah kesatuan pikiran yang mengungkapkan ide pokok yang berbentuk dalam
rangkaian kalimat yang berkaitan dengan bentuk (kohesi) dan makna (koherensi).
Bentuk paragraf
1. deduktif: inti paragraf di awal paragraf.
2. induktif: inti paragraf di kalimat terakhir.
3. campuran: inti paragraf di kalimat pertama dan terakhir.
4. ineratif: inti paragraf di tengah­tengah paragraf.
Jenis paragraf
1. narasi: menceritakan suatu kejadian berdasarkan kronologi.
2. deskripsi: menggambarkan suatu kejadian dengan kata­kata yang merangsang
indra agar realistis.
3. eksposisi: menguraikan sesuatu sejelas­jelasnya agar pembaca mudah mengerti
dan jelas.
4. argumentasi: berisi fakta yang tidak untuk persuasif melainkan hanya
menegaskan pendapat penulis.
5. persuasi: berisi ajakan untuk merubah pendapat pembaca agar sama dengan
penulis.
Pola pengembangan
1. definisi: menjelaskan sesuatu dengan jelas dengan konjungsi (adalah, ialah, yaitu)
yang tepat agar gampang dimengerti.
2. contoh: memberikan contoh agar mudah dipahami.
3. fungsional: mempunyai kegunaan tertentu untuk sang penulis.
4. kausal: menunjukkan hubungan sebab­akibat dalam suatu kejadian.
5. spasial: menulis yang berhubungan dengan tempat tertentu dan
menggambarkannya.
6. perbandingan: membandingkan sesuatu untuk menemukan perbedaan atau
persamaan.
7. kronologi: mempunyai catatan waktu yang jelas.
Contoh
1. paragraf deduktif­narasi­kronologi
Siang itu matahari bersinar dengan terik, wajar saja mengingat waktu menunjukkan
tepat pukul 13.00 siang. Di tengah lapangan tampak dua tim futsal yang tengah bertanding memperebutkan juara satu dan dua SMUKIE CUP 2008. Mereka sudah melangkah hingga ke babak final. Kedua sekolah itu, SMAK 4 PENABUR dan SMA Tarakanita 2 memang terkenal atas kepiawaian dalam berlaga bola kaki. Di stand panitia, seorang gadis berambut panjang sedang berbicara, ingin menyampaikan pesan kepada salah satu temannya yang bernomor punggung 77 dari Tarakanita.
"Ada titipan salam nih dari Anit buat tim Tarq, semoga menang yah... Oh ya, buat yang bernomor punggung 77, kenalan dong, ganteng banget deh," demikian panitia berujar lewat pengeras suara.
Si gadis pun tersenyum ringan, gembira karena pesan jahilnya telah tersampaikan. Ia kemudian menghampiri teman­temannya dari SMAK 1, lalu mengamati pertandingan yang telah berjalan separuh waktu. Tiba­tiba, matanya menangkap sesuatu pada kaos penjaga gawang lawan.
"Hah?" ia kaget hingga tak dapat berucap apa­apa. Rupanya dari tim SMAK 4 juga ada pemain yang bernomor punggung 77. Walau dalam hati ia malu tetapi muka tetap dipasang topeng pede alias percaya diri, sementara teman yang lain tidak kuasa menahan tawa melihat kejadian yang konyol itu.
2. paragraf induktif­deskripsi­fungsional
Ada suatu barang yang benar­benar sedang saya inginkan. Barang itu baru saja diluncurkan, kira­kira satu bulan yang lalu. Warnanya hitam, mengkilat, dengan desain yang elegan dan keren. Sungguh menarik. Siapapun yang memakainya tentu akan merasa percaya diri dan meningkatkan gengsi. Benda tersebut memiliki banyak fitur yang akan mempermudah gaya hidup metropolitan yang serba sibuk dan instan, seperti 3.5 G, WLAN, kamera berkekuatan 5 megapiksel, kualitas suara yang jernih, serta tentunya memori sebesar 16 GB. Hanya sayang, harganya tergolong mahal untuk usia SMA. Namun, apa boleh dikata, hati sudah terlanjur suka, apapun akan dilakukan demi mendapatkan telepon genggam pujaan hati, termasuk merayu sang
ayah yang sangat menyayangi putri tercintanya ini.
3. paragraf ineratif­eksposisi­definisi
Apa itu biologi? Tentunya banyak orang yang sering bertanya­tanya mengenai
cabang ilmu yang satu ini. Ilmu yang baru didapat mulai SMP ini mempelajari segala
sesuatu yang berkaitan dengan makhluk hidup, baik manusia maupun hewan dan
tumbuhan. Ternyata, penggolongan organisme dalam biologi tidak sebatas apa yang
diketahui awam selama ini. Kingdom ­istilah untuk kelompok makhluk hidup­ terbagi
atas virus, archaebacteria, eubacteria, protista, fungi, plantae, dan animalia.
Bingung? Ya memang dalam biologi, sering digunakan bahasa Latin dalam
penulisan dan penamaan. Karena luasnya cabang biologi yang dapat dipelajari,
banyak sekali profesi yang dapat dipilih setelah selesai mempelajari, antara lain
dokter
, ahli botani, peneliti, pembuat obat, bahkan hingga pengembangan teknologi






Resensi jika dari bahasa Latin,  revidere  (kata kerja) atau recensie. Artinya “melihat kembali, menimbang, atau menilai.” Tindakan meresensi mengandung “memberikan penilaian, mengungkapkan kembali isi pertunjukan, membahas, dan mengkritiknya.”
Dalam buku Bahasa dan Sastra Indoneisa (yang ditulis Euis Sulastri dkk) Istilah resensi berasal dari bahasa Belanda,  resentie, yang berarti kupasan atau pembahasan. Jadi, pengertian resensi adalah kupasan atau pembahasan tentang buku, film, atau drama yang biasanya disiarkan melalui media massa, seperti surat kabar atau majalah.
Pada Kamus Sinonim Bahasa Indonesia disebutkan bahwa resensi adalah pertimbangan, pembicaraan, atau ulasan buku. Akhir-akhir ini, resensi buku lebih dikenal dengan istilah  timbangan buku.
Apa sih tujuan Resensi Buku itu?
Tujuan resensi adalah memberi informasi kepada masyarakat akan kehadiran suatu buku, apakah ada hal yang baru dan penting atau hanya sekadar mengubah buku yang sudah ada. Kelebihan dan kekurangan buku adalah objek resensi, tetapi pengungkapannya haruslah merupakan penilaian objektif dan bukan menurut selera pribadi si pembuat resensi. Umumnya, di akhir ringkasan terdapat nilai-nilai yang dapat diambil hikmahnya.
Pembuat resensi disebut resensator. Sebelum membuat resensi, resensator harus membaca buku itu terlebih dahulu. Sebaiknya, resensator memiliki pengetahuan yang memadai, terutama yang berhubungan dengan isi buku yang akan diresensi.
Ada beberapa syarat untuk meresensi (membuat resensi) buku
1.      Ada data buku, meliputi nama pengarang, penerbit, tahun terbit, dan tebal buku.
2.      Pendahuluannya berisi perbandingan dengan karya sebelumnya, biografi pengarang, atau hal yang berhubungan dengan tema atau isi.
3.      Ada ulasan singkat terhadap buku tersebut.
4.      Harus bermanfaat dan kepada siapa manfaat itu ditujukan.





1.       Pengertian
Wawancara adalah tanya jawab dengan seorang narasumber (pejabat, tokoh masyarakat, dan sebagainya) yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau pendapatnya mengenai sesuatu hal yang dianggap penting yang layak diketahui oleh masyarakat umum.
Jenis wawancara
a. Wawancara informal
Wawancara yang bersifat spontan, alamiah, pertanyaan bergantung pada si pewawancara sendiri terhadap informasi yang diperlukan
b. Wawancara dengan petunjuk umum
Pewawancara terlebih dahulu membuat kerangka dan garus besar pokok-pokok masalah yang akan ditanyakan. Pokok-pokok tersebut ditulis sebelum dilakukan wawancara. Pokok yang telah disusun tidak harus dipertanyakan secara berurutan.
c. Wawancara baku terbuka
Wawancara yang menggunakan seperangkat pertanyaan baku. Urutan pertanyaan,
kata-katanya, cara penyajiannya sama untuk semua informan/narasumber. Wawancara ini
bermanfaat apabila jumlah narasumber/informan lebih dari tiga/banyak jumlahnya.
2. Persiapan wawancara
a. Mengetahui identitas narasumber secara umum; pendidikan, kedudukan/jabatan di
masyarakat, usia, sifat dan sebagainya
b. Menghubungi narasumber terlebih dahulu untuk menanyakan kesediaan diwawancarai,
menentukan masalah yang akan dibahas, dan menentukan waktu pertemuan yang luang
c. Mempersiapkan garis besar pertanyaan yang akan diajukan; sesuai topik masalah, urutan
pertanyaan dari hal ringan dahulu, memperhitungkan waktu dengan pertanyaan yang akan
diajukan
d. Menambah wawasan yang berkaitan dengan masalah yang akan ditanyakan
e. Mempersiapkan alat rekam atau alat tulis
3. Pelaksanaan wawancara
a. Datang pada waktu dan tempat yang ditentukan, wali dengan salam dan sampaikan maksud
wawancara
b. Ajukan pertanyaan yang ringan atau sederhana terlabih dahulu
c. Sampaikan pertanyaan dengan jelas, singkat sesuai pokok pembicaraan
d. Hindari pertanyaan yang bersifat pribadi, meremehkan, tabu, atau menyinggung perasaan
e. Jawaban of the record jangan dicatat/dimasukkan dalam hasil wawancara
f. Mencatat hal-hal yang penting dan menyimpulkan sendiri hasil penjelasan yang panjang lebar
g. Lakukan pengamatan secara fisik dan tingkah narasumber
h. Akhiri dengan berterima kasih, permohonan maaf dan mohon diri/salam

Macam-macam Menyimak
1. Menyimak Intensif
menyimak memahami secara terperinci, teliti, dan mendalami bahan yang disimak.
2. Menyimak Ekstensif
menyimak memahami secara sepintas dan umum dalam garis-garis besar atau butir-butir
penting tertentu.
3. Menyimak untuk Belajar
melalui kegiatan menyimak, seseorang mempelajari berbagai hal yang dibutuhkan.
Misalnya, para siswa menyimak ceramah guru bahasa Indonesia, para siswa mendengarkan
suara radio, televisi, dan sebagainya.
4. Menyimak untuk Menghibur
menyimak sesuatu untuk menghibur dirinya. Misalnya, menyimak pembacaan cerita-cerita
lucu, pertunjukan sandiwara, film, dan sebagainya.
5. Menyimak untuk Menilai
menyimak mendengarkan, memahami isi simakan, menelaah, mengkaji, menguji, dan
membandingkan dengan pengalaman serta pengetahuan menyimak.
6. Menyimak Diskriminatif
menyimak untuk membedakan bunyi suara. Dalam belajar bahasa Inggris, misalnya siswa
harus dapat membedakan bunyi (i) dan (i:).
7. Menyimak Pemecahan Masalah
menyimak mengikuti uraian pemecahan masalah secara kreatif dan analisis yang
disampaikan oleh si pembicara. Mungkin juga penyimak dapat memecahkan masalah yang
dihadapinya, secara kreatif dan analisis setelah yang bersangkutan mendapat informasi dari
menyimak sesuatu.

Persiapan dan Etika Berwawancara
Sebelum mengadakan wawancara, seorang pewawancara harus menyiapkan berbagai hal.
1. Menentukan topik wawancara, misalnya: Bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi warga miskin.
2. Memilih narasumber yang akan diwawancarai.
Contoh:
– Mewawancarai penyalur BLT, yaitu lurah, ketua RW, dan ketua RT.
– Mewawancarai warga yang mendapat BLT.
3. Membuat janji dengan narasumber.
4. Menyiapkan daftar pertanyaan untuk wawancara.
Contoh:
a. Daftar pertanyaan untuk penyalur BLT sebagai berikut.
– Bagaimana cara Anda mendata warga yang akan mendapat BLT?
– Bagaimana cara penyaluran BLT agar merata?
b. Daftar pertanyaan untuk warga miskin sebagai berikut.
– Bagaimana perasaan Anda setelah mendapat BLT dari pemerintah?
– Seberapa besar BLT dari pemerintah sangat membantu dalam mencukupi kebutuhan
keluarga Anda?
Wawancara harus dilakukan dengan etika yang baik. Perhatikan penjelasan berikut!
1. Melakukan janji terlebih dahulu dengan narasumber untuk menentukan waktu dan tempat.
2. Datang tepat waktu saat wawancara dilakukan.
3. Mengenakan pakaian yang sopan.
4. Mengucapkan salam untuk mengawali wawancara.
5. Menggunakan kata sapaan yang tepat.
6. Mengajukan pertanyaan dengan jelas dan lantang, jangan berebutan dengan narasumber.
7. Tidak menyela pembicaraan narasumber karena akan mengganggu kelancaran wawancara.
8. Tidak menanyakan sesuatu yang berhubungan dengan pribadi narasumber yang tidak
berhubungan dengan topic wawancara.
9. Perlu persetujuan narasumber jika hendak menggunakan alat perekam ataupun alat
pemotret!
10. Mintalah konfirmasi pada narasumber terhadap catatan yang telah dibuat pada akhir
wawancara! Jangan lupa mengucapkan terima kasih dan salam perpisahan!
11. Dalam melakukan wawancara Anda juga harus mencermati cara untuk mengalihkan
pembicaraan atau disebut dengan topic switching. Untuk mengalihkan pembicaraan,
pergunakan ungkapan yang halus dan tidak menyinggung SARA (suku, agama, ras, dan
antargolongan). Kadang, dalam proses wawancara, narasumber memberikan informasi yang
tidak jelas arahnya, maka Anda dapat melakukan topic switching.
12. Ketika memulai wawancara dengan narasumber, Anda harus mengawali dan mengakhiri
pembicaraan dengan kata dan ungkapan yang tepat. Mengawali pembicaraan dapat
dilakukan dengan cara memperkenalkan diri terlebih dahulu sebelum melakukan
wawancara. Mengakhiri pembicaraan dapat dilakukan dengan mengucapkan terima kasih
dan salam perpisahan.

Pertanyaan-pertanyaan untuk wawancara harus disusun secara sistematis dan teratur.
Ada beberapa jenis pertanyaan, yaitu:
1. pertanyaan yang bersifat menimba;
2. pertanyaan yang bersifat menyelidiki;
3. pertanyaan yang bersifat membimbing;
4. pertanyaan yang bersifat menyarankan;
5. pertanyaan yang bersifat mengungkapkan; dan
6. pertanyaan yang bersifat meneliti.
Keenam sifat pertanyaan tersebut harus mencerminkan rumus 5W + 1H. Maksud dari
rumus tersebut bahwa pertanyaan dalam wawancara harus menggunakan kata tanya:
1. what atau apa, 2. when atau kapan, 3. who atau siapa, 4. where atau di mana, 5. why atau mengapa, dan 6. how atau bagaimana.
Selain keenam kata tanya tersebut, penanya juga bisa menggunakan kata tanya lain,