Pengertian paragraf Sebuah paragraf biasanya terdiri dari pikiran, gagasan, atau ide pokok yang dibantu dengan kalimat pendukung. Paragraf non-fiksi biasanya dimulai dengan umum dan bergerak lebih spesifik sehingga dapat memunculkan argumen atau sudut pandang. Setiap paragraf berawal dari apa yang datang sebelumnya dan berhenti untuk dilanjutkan. Paragraf umumnya terdiri dari tiga hingga tujuh kalimat semuanya tergabung dalam pernyataan berparagraf tunggal. Dalam fiksi prosa, contohnya; tapi hal ini umum bila paragraf prosa terjadi di tengah atau di akhir. Sebuah paragraf dapat sependek satu kata atau berhalaman-halaman, dan dapat terdiri dari satu atau banyak kalimat. Ketika dialog dikutip dalam fiksi, paragraf baru digunakan setiap kali orang yang dikutip berganti. Pengertian Paragraf Paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan. Dalam sebuah paragraf terkandung satu unit buah pikiran yang didukung oleh semua kalimat dalam paragraf tersebut, mulai dari kalimat pengenal, kalimat topik, kalimat-kalimat penjelas, sampai pada kalimat penutup. Himpunan kalimat ini saling bertalian dalam satu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan. Paragraf dapat juga dikatakan sebagai sebuah karangan yang paling pendek (singkat). Dengan adanya paragraf, kita dapat membedakan di mana suatu gagasan mulai dan berakhir. Kita akan kepayahan membaca tulisan atau buku, kalau tidak ada paragraf, karena kita seolah-olah dicambuk untuk membaca terus menerus sampai selesai. Kitapun susah memusatkan pikiran pada satu gagasan ke gagasan lain. Dengan adanya paragraf kita dapat berhenti sebentar sehingga kita dapat memusatkan pikiran tentang gagasan yang terkandung dalam paragraf itu. Jenis Paragraf Beberapa penulis seperti Sabarti Akhadiah, Gorys Keraf, Soedjito, dan lain-lain membagi paragraf menjadi tiga jenis. Kriteria yang mereka gunakan adalah sifat dan tujuan paragraf tersebut. Berdasarkan hal tersebut, jenis paragraf dibedakan sebagai berikut. 1.Jenis Paragraf Berdasarkan Sifat dan Tujuannya Keraf (1980:63-66) memberikan penjelasan tentang jenis paragraf berdasarkan sifat dan tujuannya sebagai berikut. (a) Paragraf Pembuka Tiap jenis karangan akan mempunyai paragraf yang membuka atau menghantar karangan itu, atau menghantar pokok pikiran dalam bagian karangan itu. Oleh Sebab itu sifat dari paragraf semacam itu harus menarik minat dan perhatian pembaca, serta sanggup menyiapkan pikiran pembaca kepada apa yag sedang diuraikan. Paragraf yang pendek jauh lebih baik, karena paragraf-paragraf yang panjang hanya akan meimbulkan kebosanan pembaca. (b) Paragraf Penghubung Paragraf penghubung adalah semua paragraf yang terdapat di antara paragraf pembuka dan paragraf penutup. Inti persoalan yang akan dikemukakan penulisan terdapat dalam paragraf-paragraf ini. Oleh Sebab itu dalam membentuk paragraf-paragraf penghubung harus diperhatikan agar hubungan antara satu paragraf dengan paragraf yang lainnya itu teratur dan disusun secara logis. Sifat paragraf-paragraf penghubung bergantung pola dari jenis karangannya. Dalam karangan-karangan yang bersifat deskriptif, naratif, eksposisis, paragraf-paragraf itu harus disusun berdasarkan suatu perkembangan yang logis. Bila uraian itu mengandung pertentangan pendapat, maka beberapa paragraf disiapkan sebagai dasar atau landasan untuk kemudian melangkah kepada paragraf-paragraf yang menekankan pendapat pengarang. (c) Paragraf Penutup Paragraf penutup adalah paragraf yang dimaksudkan untuk mengakhiri karangan atau bagian karangan. Dengan kata lain, paragraf ini mengandung kesimpulan pendapat dari apa yang telah diuraikan dalam paragraf-paragraf penghubung. Apapun yang menjadi topik atau tema dari sebuah karangan haruslah tetap diperhatikan agar paragraf penutup tidak terlalu panjang, tetapi juga tidak berarti terlalu pendek. Hal yang paling esensial adalah bahwa paragraf itu harus merupakan suatu kesimpulan yang bulat atau betul-betul mengakhiri uraian itu serta dapat menimbulkan banyak kesan kepada pembacanya. 2.Jenis Paragraf Berdasarkan Letak Kalimat Utama Letak kalimat utama juga turut menentukan jenis paragraf. Penjenisan paragraf berdasarkan letak kalimat utama ini berpijak pada pendapat Sirai, dan kawan-kawan(1985:70-71) yang mengemukakan empat cara meletakkan kalimat utama dalam paragraf. (a) Paragraf Deduktif Paragraf dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok atau kalimat utama. Kemudian diikuti dengan kalimat-kalimat penjelas yang berfungsi menjelaskan kalimat utama. Paragraf ini biasanya dikembangkan dengan metode berpikir deduktif, dari yang umum ke yang khusus. Dengan cara menempatkan gagasan pokok pada awal paragraf, ini akan memungkinkan gagasan pokok tersebut mendapatkan penekanan yang wajar. Paragraf semacam ini biasa disebut dengan paragraf deduktif, yaitu kalimat utama terletak di awal paragraf. (b) Paragraf Induktif Paragraf ini dimulai dengan mengemukakan penjelasan-enjelasan atau perincian-perincian, kemudian ditutup dengan kalimat utama. Paragraf ini dikembangkan dengan metode berpikir induktif, dari hal-hal yang khusus ke hal yang umum. (c) Paragraf Gabungan atau Campuran Pada paragraf ini kalimat topik ditempatkan pada bagian awal dan akhir paragraf. Dalam hal ini kalimat terakhir berisi pengulangan dan penegasan kalimat pertama. Pengulangan ini dimaksudkan untuk lebih mempertegas ide pokok. Jadi pada dasarnya paragraf campuran ini tetap memiliki satu pikiran utama, bukan dua. Contoh paragraf campuran seperti dikemukakan oleh Keraf (1989:73): Sifat kodrati bahasa yang lain yang perlu dicatat di sini ialah bahwasanya tiap bahasa mempunyai sistem. Ungkapan yang khusus pula, masing-masing lepas terpisah dan tidak bergantung dari yang lain. Sistem ungkapan tiap bahasa dan sistem makna tiap bahasa dibatasi oleh kerangka alam pikiran bangsa yang memiliki bahasa itu kerangka pikiran yang saya sebut di atas. Oleh karena itu janganlah kecewa apabila bahasa Indonesia tidak membedakan jamak dan tunggal, tidak mengenal kata dalam sistem kata kerjanya, gugus fonem juga tertentu polanya, dan sebagainya. Bahasa Inggris tidak mengenal “unggah-ungguh”. Bahasa Zulu tidak mempunyai kata yang berarti “lembu”, tetapi ada kata yang berarti “lembu putih”, “lembu merah”, dan sebagainya. Secara teknis para linguis mengatakan bahwa tiap bahasa mempunyai sistem fonologi, sistem gramatikal, serta pola semantik yang khusus. (d) Paragraf Tanpa Kalimat Utama Paragraf ini tidak mempunyai kalimat utama, berarti pikiran utama tersebar di seluruh kalimat yang membangun paragraf tersebut. Bentuk ini biasa digunakan dalam karangan berbentuk narasi atau deskripsi. Contoh paragraf tanpa kalimat utama: BAHASA INDONESIA PARAGRAF Paragraf adalah kesatuan pikiran yang mengungkapkan ide pokok yang berbentuk dalam rangkaian kalimat yang berkaitan dengan bentuk (kohesi) dan makna (koherensi). Bentuk paragraf 1. deduktif: inti paragraf di awal paragraf. 2. induktif: inti paragraf di kalimat terakhir. 3. campuran: inti paragraf di kalimat pertama dan terakhir. 4. ineratif: inti paragraf di tengahtengah paragraf. Jenis paragraf 1. narasi: menceritakan suatu kejadian berdasarkan kronologi. 2. deskripsi: menggambarkan suatu kejadian dengan katakata yang merangsang indra agar realistis. 3. eksposisi: menguraikan sesuatu sejelasjelasnya agar pembaca mudah mengerti dan jelas. 4. argumentasi: berisi fakta yang tidak untuk persuasif melainkan hanya menegaskan pendapat penulis. 5. persuasi: berisi ajakan untuk merubah pendapat pembaca agar sama dengan penulis. Pola pengembangan 1. definisi: menjelaskan sesuatu dengan jelas dengan konjungsi (adalah, ialah, yaitu) yang tepat agar gampang dimengerti. 2. contoh: memberikan contoh agar mudah dipahami. 3. fungsional: mempunyai kegunaan tertentu untuk sang penulis. 4. kausal: menunjukkan hubungan sebabakibat dalam suatu kejadian. 5. spasial: menulis yang berhubungan dengan tempat tertentu dan menggambarkannya. 6. perbandingan: membandingkan sesuatu untuk menemukan perbedaan atau persamaan. 7. kronologi: mempunyai catatan waktu yang jelas. Contoh 1. paragraf deduktifnarasikronologi Siang itu matahari bersinar dengan terik, wajar saja mengingat waktu menunjukkan tepat pukul 13.00 siang. Di tengah lapangan tampak dua tim futsal yang tengah bertanding memperebutkan juara satu dan dua SMUKIE CUP 2008. Mereka sudah melangkah hingga ke babak final. Kedua sekolah itu, SMAK 4 PENABUR dan SMA Tarakanita 2 memang terkenal atas kepiawaian dalam berlaga bola kaki. Di stand panitia, seorang gadis berambut panjang sedang berbicara, ingin menyampaikan pesan kepada salah satu temannya yang bernomor punggung 77 dari Tarakanita. "Ada titipan salam nih dari Anit buat tim Tarq, semoga menang yah... Oh ya, buat yang bernomor punggung 77, kenalan dong, ganteng banget deh," demikian panitia berujar lewat pengeras suara. Si gadis pun tersenyum ringan, gembira karena pesan jahilnya telah tersampaikan. Ia kemudian menghampiri temantemannya dari SMAK 1, lalu mengamati pertandingan yang telah berjalan separuh waktu. Tibatiba, matanya menangkap sesuatu pada kaos penjaga gawang lawan. "Hah?" ia kaget hingga tak dapat berucap apaapa. Rupanya dari tim SMAK 4 juga ada pemain yang bernomor punggung 77. Walau dalam hati ia malu tetapi muka tetap dipasang topeng pede alias percaya diri, sementara teman yang lain tidak kuasa menahan tawa melihat kejadian yang konyol itu. 2. paragraf induktifdeskripsifungsional Ada suatu barang yang benarbenar sedang saya inginkan. Barang itu baru saja diluncurkan, kirakira satu bulan yang lalu. Warnanya hitam, mengkilat, dengan desain yang elegan dan keren. Sungguh menarik. Siapapun yang memakainya tentu akan merasa percaya diri dan meningkatkan gengsi. Benda tersebut memiliki banyak fitur yang akan mempermudah gaya hidup metropolitan yang serba sibuk dan instan, seperti 3.5 G, WLAN, kamera berkekuatan 5 megapiksel, kualitas suara yang jernih, serta tentunya memori sebesar 16 GB. Hanya sayang, harganya tergolong mahal untuk usia SMA. Namun, apa boleh dikata, hati sudah terlanjur suka, apapun akan dilakukan demi mendapatkan telepon genggam pujaan hati, termasuk merayu sang ayah yang sangat menyayangi putri tercintanya ini. 3. paragraf ineratifeksposisidefinisi Apa itu biologi? Tentunya banyak orang yang sering bertanyatanya mengenai cabang ilmu yang satu ini. Ilmu yang baru didapat mulai SMP ini mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan makhluk hidup, baik manusia maupun hewan dan tumbuhan. Ternyata, penggolongan organisme dalam biologi tidak sebatas apa yang diketahui awam selama ini. Kingdom istilah untuk kelompok makhluk hidup terbagi atas virus, archaebacteria, eubacteria, protista, fungi, plantae, dan animalia. Bingung? Ya memang dalam biologi, sering digunakan bahasa Latin dalam penulisan dan penamaan. Karena luasnya cabang biologi yang dapat dipelajari, banyak sekali profesi yang dapat dipilih setelah selesai mempelajari, antara lain dokter, ahli botani, peneliti, pembuat obat, bahkan hingga pengembangan teknologi Dalam buku Bahasa dan Sastra Indoneisa (yang ditulis Euis Sulastri dkk) Istilah resensi berasal dari bahasa Belanda, resentie, yang berarti kupasan atau pembahasan. Jadi, pengertian resensi adalah kupasan atau pembahasan tentang buku, film, atau drama yang biasanya disiarkan melalui media massa, seperti surat kabar atau majalah. Pada Kamus Sinonim Bahasa Indonesia disebutkan bahwa resensi adalah pertimbangan, pembicaraan, atau ulasan buku. Akhir-akhir ini, resensi buku lebih dikenal dengan istilah timbangan buku. Apa sih tujuan Resensi Buku itu? Tujuan resensi adalah memberi informasi kepada masyarakat akan kehadiran suatu buku, apakah ada hal yang baru dan penting atau hanya sekadar mengubah buku yang sudah ada. Kelebihan dan kekurangan buku adalah objek resensi, tetapi pengungkapannya haruslah merupakan penilaian objektif dan bukan menurut selera pribadi si pembuat resensi. Umumnya, di akhir ringkasan terdapat nilai-nilai yang dapat diambil hikmahnya. Pembuat resensi disebut resensator. Sebelum membuat resensi, resensator harus membaca buku itu terlebih dahulu. Sebaiknya, resensator memiliki pengetahuan yang memadai, terutama yang berhubungan dengan isi buku yang akan diresensi. Ada beberapa syarat untuk meresensi (membuat resensi) buku 1. Ada data buku, meliputi nama pengarang, penerbit, tahun terbit, dan tebal buku. 2. Pendahuluannya berisi perbandingan dengan karya sebelumnya, biografi pengarang, atau hal yang berhubungan dengan tema atau isi. 3. Ada ulasan singkat terhadap buku tersebut. 4. Harus bermanfaat dan kepada siapa manfaat itu ditujukan. 1. Pengertian Wawancara adalah tanya jawab dengan seorang narasumber (pejabat, tokoh masyarakat, dan sebagainya) yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau pendapatnya mengenai sesuatu hal yang dianggap penting yang layak diketahui oleh masyarakat umum. Jenis wawancara a. Wawancara informal Wawancara yang bersifat spontan, alamiah, pertanyaan bergantung pada si pewawancara sendiri terhadap informasi yang diperlukan b. Wawancara dengan petunjuk umum Pewawancara terlebih dahulu membuat kerangka dan garus besar pokok-pokok masalah yang akan ditanyakan. Pokok-pokok tersebut ditulis sebelum dilakukan wawancara. Pokok yang telah disusun tidak harus dipertanyakan secara berurutan. c. Wawancara baku terbuka Wawancara yang menggunakan seperangkat pertanyaan baku. Urutan pertanyaan, kata-katanya, cara penyajiannya sama untuk semua informan/narasumber. Wawancara ini bermanfaat apabila jumlah narasumber/informan lebih dari tiga/banyak jumlahnya. 2. Persiapan wawancara a. Mengetahui identitas narasumber secara umum; pendidikan, kedudukan/jabatan di masyarakat, usia, sifat dan sebagainya b. Menghubungi narasumber terlebih dahulu untuk menanyakan kesediaan diwawancarai, menentukan masalah yang akan dibahas, dan menentukan waktu pertemuan yang luang c. Mempersiapkan garis besar pertanyaan yang akan diajukan; sesuai topik masalah, urutan pertanyaan dari hal ringan dahulu, memperhitungkan waktu dengan pertanyaan yang akan diajukan d. Menambah wawasan yang berkaitan dengan masalah yang akan ditanyakan e. Mempersiapkan alat rekam atau alat tulis 3. Pelaksanaan wawancara a. Datang pada waktu dan tempat yang ditentukan, wali dengan salam dan sampaikan maksud wawancara b. Ajukan pertanyaan yang ringan atau sederhana terlabih dahulu c. Sampaikan pertanyaan dengan jelas, singkat sesuai pokok pembicaraan d. Hindari pertanyaan yang bersifat pribadi, meremehkan, tabu, atau menyinggung perasaan e. Jawaban of the record jangan dicatat/dimasukkan dalam hasil wawancara f. Mencatat hal-hal yang penting dan menyimpulkan sendiri hasil penjelasan yang panjang lebar g. Lakukan pengamatan secara fisik dan tingkah narasumber h. Akhiri dengan berterima kasih, permohonan maaf dan mohon diri/salam Macam-macam Menyimak 1. Menyimak Intensif menyimak memahami secara terperinci, teliti, dan mendalami bahan yang disimak. 2. Menyimak Ekstensif menyimak memahami secara sepintas dan umum dalam garis-garis besar atau butir-butir penting tertentu. 3. Menyimak untuk Belajar melalui kegiatan menyimak, seseorang mempelajari berbagai hal yang dibutuhkan. Misalnya, para siswa menyimak ceramah guru bahasa Indonesia, para siswa mendengarkan suara radio, televisi, dan sebagainya. 4. Menyimak untuk Menghibur menyimak sesuatu untuk menghibur dirinya. Misalnya, menyimak pembacaan cerita-cerita lucu, pertunjukan sandiwara, film, dan sebagainya. 5. Menyimak untuk Menilai menyimak mendengarkan, memahami isi simakan, menelaah, mengkaji, menguji, dan membandingkan dengan pengalaman serta pengetahuan menyimak. 6. Menyimak Diskriminatif menyimak untuk membedakan bunyi suara. Dalam belajar bahasa Inggris, misalnya siswa harus dapat membedakan bunyi (i) dan (i:). 7. Menyimak Pemecahan Masalah menyimak mengikuti uraian pemecahan masalah secara kreatif dan analisis yang disampaikan oleh si pembicara. Mungkin juga penyimak dapat memecahkan masalah yang dihadapinya, secara kreatif dan analisis setelah yang bersangkutan mendapat informasi dari menyimak sesuatu. Persiapan dan Etika Berwawancara Sebelum mengadakan wawancara, seorang pewawancara harus menyiapkan berbagai hal. 1. Menentukan topik wawancara, misalnya: Bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi warga miskin. 2. Memilih narasumber yang akan diwawancarai. Contoh: – Mewawancarai penyalur BLT, yaitu lurah, ketua RW, dan ketua RT. – Mewawancarai warga yang mendapat BLT. 3. Membuat janji dengan narasumber. 4. Menyiapkan daftar pertanyaan untuk wawancara. Contoh: a. Daftar pertanyaan untuk penyalur BLT sebagai berikut. – Bagaimana cara Anda mendata warga yang akan mendapat BLT? – Bagaimana cara penyaluran BLT agar merata? b. Daftar pertanyaan untuk warga miskin sebagai berikut. – Bagaimana perasaan Anda setelah mendapat BLT dari pemerintah? – Seberapa besar BLT dari pemerintah sangat membantu dalam mencukupi kebutuhan keluarga Anda? Wawancara harus dilakukan dengan etika yang baik. Perhatikan penjelasan berikut! 1. Melakukan janji terlebih dahulu dengan narasumber untuk menentukan waktu dan tempat. 2. Datang tepat waktu saat wawancara dilakukan. 3. Mengenakan pakaian yang sopan. 4. Mengucapkan salam untuk mengawali wawancara. 5. Menggunakan kata sapaan yang tepat. 6. Mengajukan pertanyaan dengan jelas dan lantang, jangan berebutan dengan narasumber. 7. Tidak menyela pembicaraan narasumber karena akan mengganggu kelancaran wawancara. 8. Tidak menanyakan sesuatu yang berhubungan dengan pribadi narasumber yang tidak berhubungan dengan topic wawancara. 9. Perlu persetujuan narasumber jika hendak menggunakan alat perekam ataupun alat pemotret! 10. Mintalah konfirmasi pada narasumber terhadap catatan yang telah dibuat pada akhir wawancara! Jangan lupa mengucapkan terima kasih dan salam perpisahan! 11. Dalam melakukan wawancara Anda juga harus mencermati cara untuk mengalihkan pembicaraan atau disebut dengan topic switching. Untuk mengalihkan pembicaraan, pergunakan ungkapan yang halus dan tidak menyinggung SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan). Kadang, dalam proses wawancara, narasumber memberikan informasi yang tidak jelas arahnya, maka Anda dapat melakukan topic switching. 12. Ketika memulai wawancara dengan narasumber, Anda harus mengawali dan mengakhiri pembicaraan dengan kata dan ungkapan yang tepat. Mengawali pembicaraan dapat dilakukan dengan cara memperkenalkan diri terlebih dahulu sebelum melakukan wawancara. Mengakhiri pembicaraan dapat dilakukan dengan mengucapkan terima kasih dan salam perpisahan. Pertanyaan-pertanyaan untuk wawancara harus disusun secara sistematis dan teratur. Ada beberapa jenis pertanyaan, yaitu: 1. pertanyaan yang bersifat menimba; 2. pertanyaan yang bersifat menyelidiki; 3. pertanyaan yang bersifat membimbing; 4. pertanyaan yang bersifat menyarankan; 5. pertanyaan yang bersifat mengungkapkan; dan 6. pertanyaan yang bersifat meneliti. Keenam sifat pertanyaan tersebut harus mencerminkan rumus 5W + 1H. Maksud dari rumus tersebut bahwa pertanyaan dalam wawancara harus menggunakan kata tanya: 1. what atau apa, 2. when atau kapan, 3. who atau siapa, 4. where atau di mana, 5. why atau mengapa, dan 6. how atau bagaimana. Selain keenam kata tanya tersebut, penanya juga bisa menggunakan kata tanya lain, | |
Sabtu, 05 November 2011
pengertian paragraf
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar